Ujian Yang Nyata: Latar Belakang Historis Syariat Qurban

a1Hati siapa yang tidak berdesir membaca kisah Nabi Ibrahim dan puteranya Isma’il ‘alaihimassalam. Momen ied adhhaa akan mengingatkan kita pada kisah mereka berdua. Yaitu kisah tentang ‘Ujian yang Nyata’ (al Balaa` al Mubiin), yang kemudian menjadi latar belakang historis pelaksanaan Ibadah Qurban dalam Syariat Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kisahnya diabadikan oleh Allah dalam al Qur`an surat Ash-Shaffat: 100 – 111.

Nabi Ibrahim telah lama menanti seorang anak. Ia sudah renta, dan istrinya, Sarah, mandul. Tak putus harapan, Ibrahim memohon kepada Rabbnya, “Wahai Rabbku, karuniakan aku seorang anak dari kalangan orang-orang shaleh.”

Allah mendengar permohonannya. Melalui budak wanita pemberian istrinya Sarah, yaitu Hajar, Allah mendatangkan kabar gembira kepadanya. “Maka Kami beri dia kabar gembira dengan seorang anak yang Amat sabar.”

Menurut pendapat yang kuat, anak yang dimaksud adalah Ismail ‘alaihissalam. Tentu Ibrahim sangat bahagia. Begitu dalam kecintaannya kepada Ismail, seorang putera yang shaleh, penyabar dan taat kepada Rabbnya.

Sang anak mulai beranjak dewasa. Ia telah sampai pada usia sanggup bekerja. Allah pun hendak menguji hamba-hamba-Nya itu.

“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!”

Mimpi seorang Nabi adalah wahyu. Maka apa yang dilihat Ibrahim dalam mimpinya itu adalah sebuah perintah yang wajib dilaksanakan. Ibrahim meminta pendapat sang putera, Isma’il ‘alahissalam. Sungguh jawaban menakjubkan yang didapat Ibrahim. Puteranya memang bukan anak sembarangan. Ia adalah anak yang tumbuh dalam ketaatan kepada Rabbnya. Imannya sangat luar biasa. Kesabarannya teramat besar. Ketundukannya benar-benar hebat. “Ia menjawab: “Wahai ayahku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku Termasuk orang-orang yang sabar.”

Tibalah saat yang mendebarkan itu datang. Keduanya telah benar-benar berserah diri kepada Sang Penguasa alam semesta. Ibrahim meletakkan Isma’il dalam keadaan telungkup, agar wajahnya tidak sempat ia lihat kala menyembelihnya. “Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya).”

Tiba-tiba Allah memanggilnya, “Dan Kami panggillah dia: “Hai Ibrahim, Sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu.”

Ibrahim telah melewati ujiannya. Perintah Allah telah benar-benar dilaksanakannya. Walaupun Ismail tak sempat terluka sedikit pun, namun Ibrahim telah dianggap berhasil menunaikan titah Allah tersebut. Seluruh upaya telah dicurahkan, akan tetapi Allah tak membiarkan Ibrahim sengsara. Selalu ada jalan kebaikan bagi orang-orang yang taat kepada-Nya.  “Sesungguhnya Demikianlah Kami memberi Balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.” Maksudnya, begitulah kami singkirkan segala kesulitan dari orang-orang yang mentaati Kami, dan Kami jadikan untuk mereka jalan keluar. 

“Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.”

Ya, ujian yang nyata. Kehilangan anak tercinta bukan perkara mudah, pun bagi Ibrahim ‘alaihissalam. Apalagi jika anak itu adalah anak yang baik, shaleh dan berbakti kepada kedua orang tuanya. Terlebih lagi, Ibrahim sendiri yang harus menghilangkan nyawanya dengan cara menyembelihnya. Namun Ibrahim rela, jika ia adalah perintah Rabbnya. Dalam hatinya, kelezatan iman telah dicerapnya. Tidak ada kecintaan yang melebihi kecintaan kepada Rabbnya. Sebagai gantinya, Allah mengganti Isma’il dengan sembelihan yang besar.

“dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.”

Allah mengabadikan Ibrahim agar menjadi pelajaran bagi umat manusia yang datang setelahnya.

Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang Kemudian, (yaitu)”Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim”. Demikianlah Kami memberi Balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ia Termasuk hamba-hamba Kami yang beriman.”

@Rancabogo, Subang, 12 Dzulhijjah 1435 H (06/10/2014)

Tinggalkan komentar

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: